Wednesday, March 19, 2014

Tanya-Jawab tentang Hadits HR. Bukhari no. 7146 dan Muslim no. 1652

Tanya :
Mohon penjelasan tentang derajat hadist ini dan maksudnya : “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kekuasaan karena sesungguhnya jika engkau diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong untuk menjalankannya. Namun, jika engkau diberi kekuasaan karena memintanya, engkau akan dibebani dalam menjalankan kekuasaan tersebut." (HR. Bukhari no. 7146 dan Muslim no. 1652)

Jawaban :
Anda benar hadis itu sahih riwayat Al bukhari & Muslim, karena sdh. membaca matan hadisnya, tdk. perlu saya tulis lagi disini.

Kepemimpinan yg proporsional dan profesional dlm. Al-Qur'an disebut "ulil amri minkum", bukan mingkem yg berarti membisu dari semua hal yg mesti dikerjakan atau ditinggalkan, pejabat yg beriman harus berani mengatakan sesuatu yg salah ya salah, harus dihukum walaupun dari kroninya, anak, isteri/suami, golongan partai atau sukunya, seandainya Fatimah anak Muhammad saw mencuri pasti saya potong tanganya, Maiz seorang sahabat yg melakukan perzinaan secara diam-2, mengaku berzina secara suka rela, tetapi ditolak oleh oleh nabi, karena bersungguh-2 utntuk bertobat, akhirnya dia dihukum. Ini adalah gambaran kondisi dan situasi yg mewarnai wujud kenegaraan dalam Al-Qur'an dan sunah. Sistem kemasyarakatan/ketatanegaraan yg dibina secara mendalam melalui nilai-2 islam, iman dan ikhsan. Sebagian besar para sahabat memiliki ilmu Al-Qur'an dan sunah yg sangat minim sekali dibandingkan orang-2 islam saat ini.

Sistem pemerintahan dan ketata-negaraan di negeri ini amburadul dan tdk jelas, hukum dan keadilan mandul, sehingga terjadi kesemerawutan dlm seluruh sektor kehidupan.

Sejak awal perjalanan penetapan pejabat baik legislatif, eksekutif dan yudikatif sudah ditandai oleh kemunafikan, kefasikan bahkan kekafiran - minta ke kuburan, dukun (kahin dan arrof). Akibatnya terjadilah korupsi, kolusi, manipulasi dan kecurangan di mana-2, terutama tindakan yg dilakukan oleh kepala dan pimpinan suatu lembaga.Karakter penguasa (power) jika diamati secara psycho sosial adalah merasa dirinyakah yg berkuasa oleh karena dia berhak utk. menentukan suatu keputusan, coba direnungkan ayat ini "Innal insana layathgho arroa'hus taghna". Manusia itu akan menjadi durhaka, lantaran merasa bhwa dirinya memiliki kelebihan.(pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan dan kelebihan yg lain). (96:6-7)

Seharusnya pemimpin muslim itu merendahkan diri, tidak sombong dan angkuh, merakyat, keluar masuk kampung utk. menginspeksi kondisi rakyatnya, Nabi saw bersabda ; "Saiyyidul qoumi khodimuhum", Pemimpin rakyat harus sanggup melayani kebutuhan rakyatnya.

Penguasa, pejabat, pimpinan dan keparat negara yg awal niatnya seperti saya sebutkan diatas "Innamal a'malu binniyat...", maka wujud kepemimpinan, ketatanegaraan dan perpolitikan seperti yg digambarkan oleh ayat : "Wakadalika ja'alna fi kulli qaryatin akabira mujrimiha liyamkuru fiha wama yamkuruna illa anfusahum wama yas'urun".Begitulah aku jadikan bagi setiap lingkungan - desa atau negara - penguasa manjadi durhaka, karena berbuat makar (korupsi dan manipulasi) dan makar itu pasti akan mencilakakan dirinya, tetapi mereka tdk. mengerti..

Maaf terjemahan ini bukan karena nafsu saya yg lagi jengkel dan marah kpd. penguasa di negeri ini, akan tetapi saya terjemahkan berdasarkan kaidah bhs. Arab dan dg nemahami kontek permasalahan berdasarkan kenyataan empirik historis.

Allahumma laa taj'alna minazzalimin al fasiqina al munafiqina al mal'unin. Aaamiiin.

No comments:

Post a Comment