Thursday, March 27, 2014

Perjanjian dengan Tuhan

Perjanjian dengan Tuhan atau biasa disebut perjanjian primordial disebut dalam Al-Qur'an dengan ayat mitsyaq (7:172-173) dan ayat fithrah (30:30).

 ,واذاخذربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشهدهم علي انفسهم الست بربكم قالوا بلي شهدنا ان تقولوا يوم القيامة انا كنا عن هذا غافلين او تقولوا انما اشرك اباونا من قبل وكنا ذرية من بعدهم افتهلكنا بما فعل المبطلون
فاقم وجهك للدبن حنيفا فطرة الله التي فطر الناس عليها لا تبديل لخلق الله ذلنك دين القيم ولكنا اكشر الناس لا يعلمون

Dan ketika Allah SWT mengambil perjanjian terhadap anak cucu Adam ketika masih ada dalam kandungan, seraya meminta kesaksian (pengakuan) terhadap diri mereka : "Apakah Aku bukan Tuhan kamu?, mereka menjawab : "benar kami bersaksi. Yang demikian itu Aku lakukan agar pada hari kiamat nanti kamu tidak menjawab : "Sesungguhnya kami lupa untuk melakukan perjanjian itu". Atau kamu akan mengatakan : "Sesungguhnya nenek moyang kami adalah musyrik sebelumnya dan kami adalah anak cucu yang mengikuti mereka. Apakah Engkau akan menghukum kami disebabkan mengkikuti (taqlid) perbuatan orang orang yang durhaka".
Hadapkanlah hatimu mengikuti agama yang condong kepada kebenaran, agama yang diciptakan Allah sesuai dengan kejadian manusia (fitrahnya). Tidak boleh merubah ciptaan Allah itu. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.
Manusia dan jin diciptakan oleh Allah agar mereka membangun kehidupanya di bumi dengan sebaik-baiknya, memperoleh kebahagian, ketenangan dan kedamaian dengan jalan mematuhi petunjuk, rambu-rambu dan hidayat yang telah disampaikan melalui kitab-kitab samawi terutama Al-Qur'an yang disampaikan oleh Rasul terakhir (51:56).Prnghuni alam semesta yang tidak membuat kerusakan, pembunuhan dan kazaliman (2:30).

Untuk mengarungi kehidupan yang serba komplek ini, Allah membekali menusia dengan kemampuan tubuh yang dilengkapi dengan panca indera dan tenaga fisik yang sempurna, lebih dari itu mereka diberi tiga kecerdasan : intelektual, emosional dan spiritual.
Secara komprehensif di dalam tiga kecerdasan ini ada sari yang mengendap di lubuk hati nurani yang disebut "fitrah". Hakekat dan substansi kalbu atau fuad ini sejak terjadinya pembuahan sperma dan ovum sampai dengan pemberian ruh, dimana Malaikat diberi tugas untuk menulis dalam diri janin itu empat hal : rizki, amal, ajal dan selamat atau cilaka.
Pada dasarnya, dengan adanya prinsip bahwa manusia sejak dalam kandungan sudah diberi modal dasar untuk mengenal Allah sebagai Tuhanya, tidak ada alasan bagi mereka untuk menjadi kafir, musyrik, zalim atau ikut-ikutan (taqlid buta) kepada orang-orang bodoh, pada saat mereka nenjadi dewasa.

قال رسول الله ص ما من مولود الا يولد علي الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه رواه البخاري ومسلم.
وقال ايضا اني خلقت عبادي حنفاا فاجتالتهم الشياطين رواه مسلم.

Tidak ada anak yg dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci dan siap menerima kebenaran agama Allah), kemudian setelah lahir terpengaruh dan terdidik oleh lingkunganya : yahudi, nasrani, majusi dan lain-lain pengaruh buruk terhadap proses perkembangan hidupnya. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Al-Qur'an mengingatkan kita :

ياايهاالذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا...(٦٦:٦)

Hai orang-orang yang beriman : "Jagalah dirimu dan kelurgamu dari api neraka...".
Pengertian fitrah yang begitu jelas yang ditampilkan Allah dalam ayat mitsyaq dan ayat fithrah di atas sangat berbeda dengan pikiran John Lock yang terkenal dengan teori "Tabularasa", yang berkeyakinan bahwa manusia sejak lahir adalah seperti kertas putih yang besih dari garis dan tulisan yang belum ada apa-apanya, kosong blong, yang didasari oleh filsafat dialektika materialisme. Juga berbeda dengan pikiran psikolog Jerman Sigmund Freud yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah cenderung pada keburukan. Hal ini banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan keluarganya yg beruntung.

Sejak manusia pertama Adam as s/d Muhammad sebagai rasul terakhir tidak ada umat atau bangsa yang tidak pernah diutus sebagai nabi atau rasul oleh Allah kepada mereka, agar membimbing dan menjelaskan syariat sebagai pedoman hidup mereka.Bacalah ayat berikut : 75:36, 35:24, 16:36, 17:15, 4:165.
Apakah manusia menyangka bahwa mereka hidup bebas tanpa aturan.
Tidak ada umat yang tidak pernah ada rasul yang diutus kepada mereka.
Demi sungguh-sungguh Kami utus seorang rasul kepadanya..
Kami tidak menyiksa mereka sebelum Kami tugaskan rasul kepada mereka.
Rasul-rasul itu Kami utus agar supaya tidak ada alasan (hujjah) bagi mereka untuk menolak siksaan
Dengan demikian maka tidak ada masa fakum dari rasul yang memberi peringatan suatu umat yang disebut oleh Abu Hasan Al Asyari (sebagian dari pemikir kelompok Ahli Sunah wal Jama'ah) wafat 331 H.
Dia berpendapat bahwa orang-orang yang hidup pada masa fatroh tidak akan mendapat siksaan di akhirat walupun melakukan kezaliman sampai dengan kekafiran dengan dasar ayat :17:15.
Ayat bukan berarti adanya masa fatrah sebagaimana pemahaman Abu Hasan (golongan Asy'ariah), akan tetapi Allah tidak akan menyiksa siapapun sebelum ada pemberitahuan adanya syariat melalui seorang rasul, ayat 17:15 ini akan lebih jelas (mubaiyyan) maksudnya jika dipahami ayat : 4:165.

Ada dua hadis sahih yang menjelaskan tentang disiksanya orang yang kafir dan musyrik sebelum terutusnya Muhammad saw sebagai rasul : Abdullah bin Abdul Muttalib dan Aminah kedua orang tua Rasulullah yang wafat pada saat beliau berumur 7 tahun. Keduanya adalah masuk neraka. Apakah kedua hadis tersebut belum sempat terbaca oleh Kelompok Asy'ariah yang juga tercantum dalam kitab Jam'ul Jawami' oleh Tajussubki. Hadits itu ialah : "Anna rojulan sa'ala linnabiyi : "aina abi qola : finnari (wahua qad mata), falamma qoffaa da'ahu : inna abi wa'abaka finari". (HR.Muslim dari Anas)
"Zaro al Nabiyu saw qobro ummihi fabakaa wa abka man khaulahu, faqila lahu : "Mada yubkika yaa Rasulallah ? Faqola : Asta'dinu rabbi an yastaghfira laha falam yu'dan lii, summa asta'dinu an azuro qobroha fa'adina lii" (HR.Muslim).

Kedua orang tua Nabi tersebut disiksa di neraka karena mengikuti agama Addul Muthalib - berhala (paganisme) sebagaimana pamannya yang paling berjasa terhadap kehidupan nabi terakhir itu (Abu Talib) menolak mengucapkan syahadat ketika ditalqin menjelang kematianya.

Natijah dari pembahasan ayat-ayat dan hadis di atas ialah : bahwa orang-orang yang belum pernah menerima dakwah seorang rasul termasuk Muhammad tidak akan memperoleh ampunan karena kemusyrikan terhadap Allah dan perbuatan kemaksiatan, kejahatan dan kedurhakaan yang memuakkan hati nurani dan akal yang sehat. Akan tetapi mereka akan diampuni karena penyimpangan dari hal-hal yang seharusnya disampaikan oleh seorang rasul, seperti detailnya masalah ibadah, alam ghaib dan apa yang terjadi pada hari akhirat.

Allahuma laa taj'al al dunya akbaro hammina walaa mablagho ilmina.

No comments:

Post a Comment