Friday, March 14, 2014

Wali - Setiap Mukmin yang Bertaqwa yang Selalu Mengamalkan Ilmunya

CERPEN GUS MUS tentang gus jakfar yang beredar melalui media sosial dengan lingkaran beritanya bukan saja misteri dan fiksi, tapi mungkin juga realita kehidupan yang besifat mistik yang misterius.
Dalam dunia tarikat dan tasawuf yang penuh dengan keruwetan yang membingungkan bagi mereka yang berada diluar habitatnya maupun bagi orang yang terlibat di dalamnya.

Istilah tasawuf baru muncul dalam sejarah studi keislaman pada akhir abad ke 3 H., sedang tarikat baru lahir pada abad ke 6 H.yang diawali oleh Kadiriah, Sazaliah, Maulawiah, Rifaiyah, Naqsabandiah dll. Tijaniah baru lahir pada abad ke 13 H.

Dasar tasawuf akhlaqi yang hakiki adalah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, para sahabat, tabiin dan salafussoleh yang bersih dari khurafat dan bidah, tidak dikotori oleh tradisi dan budaya Hindu-Budha, Kristiani, Yahudi, Parsi yang Majusi, Babilonia, Baghdad dengan Harut dan Marut, tradisi animisme dan dinamisme, Yunani kuno dengan astrologi dan aufaq (ilmu huruf-huruf dan angka).

Ketika zaman keemasan Dinasti Abbasiah, seluruh peninggalan sejarah di atas diterjemahkan ke bahasa Arab disamping ilmu-ilmu yang lain. Karena proses sejarah dan peradaban, selanjutnya buku-buku tersebut tersebar ke seluruh dunia, khususnya ke negara-negara islam. Karena buku-buku itu berbahasa Arab, maka oleh orang islam dianggapnya sebagai ilmu keislaman. Dan kebanyakan kelompok tarikat dan tasawuf mengadopsi isi  buku-buku yang bersifat mistik tersebut. Sebagai contoh untuk menyakiti orang lain atau membunuhnya memakai surat Yasin, untuk kekebalan tubuh menggunakan Al hadid, untuk mendatangkan uang dengan Alwaqiah, untuk menghimpun wanita/pria (mahabbah), untuk mengetahui barang-barang yang hilang atau yang ghaib termasuk mengetahui apa yang ada di hati seseorang (heart conection) dan semua kehidupan yang dibutuhkan ada resepnya dalam buku-buku tersebut. Sebut kitab syamsul maarif, mambau usulul hikmah, jaljalut, dairabi dll. Di dlm buku mambau usululhikmah, disebut nama Hermus tokoh mitologi Yunani, anak dewa Zeus dengan isterinya dewi Maiya dilanjutkan dengan kalimat "Shollallohu alaihi wasallam".

Ada pondok pesantren di daerah Kediri yang mengajarkan buku-buku tersebut dengan memberikan ijazah untuk mengamalkan isinya yang dilakukan pada bulan tetentu pada setiap tahun. Waliyullah itu tidak harus mereka yang memiliki kelebihan atau keanehan dan kekeramatan.

Muhammad bin Idris Assyafii (panutan madhab warga NU) yang dikutip KH. Hasyim Asyari sebagai pendiri NU dalam bukunya "Adabul alim wal muta' allim" mengatakan : "Wali ialah setiap orang mukmin yang bertaqwa yang selalu mengamalkan ilmunya, apabila orang seperti ini tidak bisa disebut wali, maka tidak ada wali selain dia". Pengertian ini sangat sesuai alquran : (10:62-64). Ada ucapan bertuah dari guru besar Universitas Al-azhar; Ibnu Athaillah dalam. buku monumentalnya  "Al-Hikam",: Tasyowufuka ila ma butina fika minal uyubi khairon min tasyowufika ila maa hujiba fika minal ghuyubi". Maknanya : "Keinginanmu dengan sungguh-sungguh untuk mengamati penyakit mentalmu adalah lebih baik daripada ambisimu untuk menerawang hal-hal yang ghaib. Jangan kau tinggalkan Al-Qur'an yang ada dalam dadamu hanya karena dipengaruhi oleh cerita mistis dari gus-gus yang tidak jelas aqli dan naqlinya.

Ingat Al-Qur'an: 2:170, 31:21, renungkan : 30:29,"... manusia bisa terjerumus kedalam kezaliman, lantaran mengikuti hawa nafsu tanpa pertimbangan ilmu Ilahiah...". "Orang yang tidak suka merujuk kepada kebenaran hidayat Al-Qur'an adalah mereka yang hati nuraninya tertutup rapat oleh kebodohan..." (47:24).

Ada orang yang dekat dengan pengamatan kita, dengan murid dan satri yang banyak dia disebut wali oleh murid-muridnya, dia hebat menurut pandangan orang awam, dia mengetahui hati 5 orang yang berbeda-beda tempat tinggalnya, isterinya banyak, ada yang DR., Master dll., dia bisa mendatangkan uang dari bawah tempat tidurnya, bisa mengangkat barang tanpa disentuh. Keramat itu bukan kiai, gus, bendoro, ajengan, tubagus dll. yang memiliki santri banyak, kekayaan melimpah, dan mereka yang memiliki keanehan. Simak : Al-Qur'an: 89:15-17.

No comments:

Post a Comment