Friday, March 14, 2014

ALLAH SWT

ALLAH SWT sebagai penguasa tunggal yang merencanakan dan mendesain segala sesuatu dari yang terkecil sampai yang terbesar di alam semesta ini, tidak bisa diindera oleh panca indera manusia dan jin, karena Dia tidak berupa materi atau benda yang terdiri dari unsur-unsur atom. Yang tampak dan zahir adalah penampilan dan pengejawantahan dari sifat-sifat dan af’al-Nya. Di belakang keberadaan alam semesta dengan segala macam isinya ini semua adalah wujud Allah yang batin dan lepas dari panca indera. Dia hanya bisa dinalar oleh akal pikiran yang cerdas dan hati nurani yang dipenuhi oleh keyakinan dan keimanan yang konkrit.

Sebelum adanya alam semesta yang ditandai dengan adanya tempat dan waktu ini, Allah sudah ada lebih dahulu, Dia berada pada diri-Nya sendiri, tidak membutuhkan tempat, tidak di atas juga tidak di bawah atau di mana saja, Dia tidak membutuhkan makhluk-Nya.

Secara umum dan global—kulli--, 50 ribu tahun sebelum penciptaan alam semesta, Allah telah merencanakan dan mendesain kada dan kadar seluruh makhluk yang akan diciptakan dalam bingkai mekanika dan dinamika yang tersusun dalam struktur, massa, karakter, kualitas dan batas waktu berlakunya unsur-unsur yang paling kecil sampai yang paling besar di alam semesta ini, yang diperkirakan sudah berumur 15 milyar tahun. Sedangkan detail dan rincian kada dan kadar secara individual—juzi--, misalnya manusia baru ditentukan sejak terjadinya pembuahan sperma terhadap ovum dalam kandungan seorang ibu.
Untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan ukuran kada dan kadarnya di alam semesta ini, alam barzakh, hari kiamat, hari kebangkitan, mahsyar, surga dan neraka, Allah menciptakan pasukan dan tentara yang terdiri dari malaikat yang diberi tugas pekerjaan yang berbeda-beda berdasarkan kekuatan dan kemampuannya masing-masing. Di tingkat ketiga, sebagai pelaksana yang langsung melakukan pekerjaan, manusia dan jin diberi kekuatan dan kemampuan serta keahlian yang bermacam-macam untuk mengatur diri dan lingkungannya. Dunia dan isinya akan dikuasakan oleh Allah kepada orang-orang salih dalam kecerdasan otak dan rekayasa teknologi. Allah telah membuat ukuran dan ketentuan bagi segala sesuatu di alam semesta ini dan member petunjuk untuk memahaminya. Manusia yang tidak memahami ukuran dan ketentua kada dan kadar yang telah ditetapkan oleh Allah akan tertinggal dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Al Quran sebagai mukjizat yang diwahyukan kepada rasul terakhir yang ummi, sangatlah sesuai dengan tuntutan zaman yang dihuni oleh bangsa-bangsa yang sangat maju dalam pemikiran dan rekayasa teknologinya. Namun demikian, sampai saat ini, mereka belum mampu untuk menguak dan memahami sampel-sampel ilmu Allah yang tertuang di dalam Al Quran, dan sampai saat ini juga, intelektualitas dan pemikiran umat muslim masih banyak berselisih dan berbeda dalam memahami masalah-masalah gaib, seperti ruh, surga, neraka, malaikat dan lain-lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pemikiran dan penafsiran Al Quran yang belum tuntas dan jelas.
Banyak kisah tentang neraka dan surga, terutama janah yang dihuni oleh Adam dan Hawa, terutama yang dilihat Muhamad SAW dalam cerita Isra dan Mi’raj; orang-orang yang masuk surga dan neraka, dialog antara Allah dengan jin dan pendukungnya, antara penghuni surga dengan orang-orang yang berada di neraka, seluruhnya adalah gambaran dan imajinasi tentang hal-hal yang terjadi di akhirat nanti. Surga dan neraka belumlah ada dan belum dibangun. Surga dan neraka baru akan dibangun di bekas puing-puing kehancuran alam semesta setelah kiamat milyaran galaksi dan planet-planet, termasuk planet bumi kita ini. Penegasan ini bisa dipahami melalui ayat-ayat Al Quran tanpa perlu melihat pendapat dan penafsiran di luar Al Quran.

No comments:

Post a Comment