Wednesday, April 23, 2014

Do'a dan Wasilah

Menjawab pertanyaan seorang ikhwan dalam sebuah forum diskusi  tentang Do'a dan Wasilah :

Kata "wasilah" dalam Al-Qur'an : 5:35 

...وابتغوا اليه الوسيلة...

...dan carilah pendekatan kepada Allah, dengan jalan melakukan perintah semua perintah dan larangan-Nya....

Perantaraan dengan melalui seseorang kyai atau ulama yang masih hidup dan doanya bisa diterima Allah adalah boleh dan sah, seperti kebiasaan santri minta doa kepada kyainya. Akan tetapi wasilah dengan melalui orang-orang yang sudah meninggal : kyai-kyai, wali-wali dan bahkan Nabi sekalipun adalah merupakan kejahilan bagi orang-orang yang tidak berpikir secara rasional dan tekstual (Al-Qur'an dan Hadits).

Semua orang yang sudah mati wali-wali atau Nabi dan semua manusia adalah sudah tidak bisa berbuat apa-apa, karena jantungnya sudah berhenti tidak memompa darah ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak sebagai saraf pusat yang mengatur seluruh aktifitas biologis, fisiologis dan psikologis, panca indera sudah berhenti semua, tidak bisa melihat, mendengar, membau minyak dan kembang yang ditaburkan di atas pusara secara mubaddir, tidak bisa meraba dan merasa ketika tubuhnya dimakan belatung dan rayap, inilah makna hadits sahih yang mashur dikalangan orang-orang belum meninggal :

اذا مات ابن ادم انقطع عمله الا من شلاش... 

Washilah hanya dilakukan orang-orang yang belum kenal Allah, atau orang-orang yang bisa membaca Al-Qur'an atau Hadits dan kitab-kitab yang tidak disertai berpikir secara nalar, lebih dari itu orang yang hanya ikut-ikutan dan taqlid, yang sebenarnya dilarang oleh Allah, baca hidayat Allah dalam Al-Qur'an : 2:170, 31:21, 33:36 dan 47:24.

Allah dekat kepada kita, apabila berdoa, zikir dan wiridan, mengaji janganlah dengan suara yang keras, itu semua mengganggu orang sakit/tidur, belajar atau shalat, bisa menghilangkan pahala ibadah, karena riyak dan sum'ah(dilihat dan didengar orang).

Coba dipahami makna ayat-ayat berikut :
50:16, ...Kami (Allah) lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya.
3:29, ...Allah mengetahui apa yang disimpan dalam hati seseorang dan yang ditampakkan...
2:186, Apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Zat-Ku, maka sesungguhnya Aku dekat kepadanya. Aku mengabulkan permintaan seseorang yang memohon kepada-Ku.Maka patuhlah kepada syariat-Ku dan percayalah kepada diri-Ku, agar mereka menggapai kebenaran.
Doa yang dihadapkan kepada Allah adalah tergantung kepada kualitas iman dan ketaqwaan seseorang sebagai pemohon, secara pribadi, seperti kandungan ayat : 2:186 diatas.

Contoh yang terjadi secara empirik historik bisa dilihat melalui kisah para Rasul :
Gus Qobil, putera Rasul pertama Adam jadi orang yang durhaka karena tidak patuh kepada bapaknya. Apakah Adam As tidak pernah berdoa untuk anak-2nya ?.
Bagaimana dengan Gus Kanan, putera Nabi Nuh yang berdoa untuk anaknya agar diselamatkan dari banjir bandang, Allah menjawab :

.. انه ليس من اهلك...

...dia itu bukan keluargamu, karena tidak patuh kepada syariatmu...
Isteri Nabi Nuh dan Luth dihancurkan oleh Allah bersama kaumnya yang durhaka, apakah kedua Nabi itu tidak berdoa untuk kelurganya ?.
Lebih baik isteri Firaun di Mesir yang mengaku tuhan sebagai tandingan Allah dimasukkan surga, dengan keimanan dan doanya secara pribadi.
Pada saat perang Uhud, kaum muslimin mendapat kekalahan yang cukup berat, paman Nabi, Hamzah mati dengan dibedah dadanya oleh kafir Qurais dan hatinya dimakan serta dikunyah oleh Hindun isteri Abu Sufyan, apa sebabnya kekalahan itu, dan apakah Nabi tidak berdoa ? (Al-Qur'an 3:165).

Bagi setiap muslim yang ingin selamat di dunia dan akhirat, harus selalu membaca dengan hati-hati dan kritis terhadap buku-buku atau tafsir dan hadits, karena zaman kita ini sudah dipenuhi orang-orang pintar (katanya) namun tidak mampu memahami apa yang ditulis dan dibacanya.

والله اعلم بالصواب

No comments:

Post a Comment