Thursday, May 8, 2014

Gugurnya Iman (Suatu Tanggapan)

Tanggapan yang agak terlambat atas artikel : "Gugurnya Iman" oleh KH.  Athian Ali Dai di Republika Online tanggal 2 Mei 2014.

Saya setuju dengan pandangan kualitas jati diri seseorang adalah iman dan kafir, sesuai dengan Al-Quran : 18:29.

Akan tetapi iman itu terdiri dari 60 lebih bagian-bagianya, seperti bunyi hadits :

الا يمان بضع وستون شعبة اعلا ها قوله لا اله الاالله وادناها اماطة الا ذي عن الطريق.رواه البخاري

Iman itu terdiri dari enam puluh bagian lebih, nilai yang tertinggi adalah ucapan : لا اله الا الله, (sebagai kunci dan dasar iman) dan yang paling rendah adalah membersihkan kotoran dari jalan.
Kekafiran juga memiliki kualitas dan klasifikasi yang bermacam-macam, mendatangi dukun/para normal adalah kafir (36:60), hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud, melakukan sihir, tumbal, pelaris adalah kafir (2:102), memasang jimat yang dikalungkan atau digantung adalah kafir,

ان من التولة شركا. رواه البخاري

Sebagian dari jimat adalah merupakan kemusyrikan.
Berhukum dengan hukum selain yang ditetapkan Al-Quran adalah kafir (5:44). Meyakini Isa As adalah Allah atau menganggap sebagai Trinitas adalah kafir (5:17,72).
Nilai keimanan dan kekafiran itu adalah bersifat individual, personal dan pribadi, bukan bersifat komunal atau organisasi dan bukan milik sekte-sekte dan aliran, Ahli Sunnah, Syiah, Khawarij, Muktazilah atau Ahmadiyah, LDII dll.

Jastifikasi secara serampangan seperti ini, bukan saja menimbulkan benturan, permusuhan dan bahkan peperangan antar golongan dan memecah persatuan umat islam, lebih dari itu, keputusan yang bersifat apriori ini akan menjerumuskan diri kita ke dalam kekafiran itu sendiri. Dalam hal ini hadits :

عن ابن عمر قال قال رسول الله صل.:اذا قال الرجل لاخيه: يا كافر فقذ باا بها اخدهما فان كان كما قال والا رجعت اليه.
عن ابي ذر انه سمع رسول الله يقول: من دعا رجلا بالكفر او قال يا عدو الله وليس كذلك الا حار عليه.متفق عليه.رياض الصالحين: ٥٦٥.

Apabila seseorang berkata kepada saudaranya : hai orang yang kafir, maka salah satu dari dua orang yang berdialog itu, pasti terkena efek ucapan itu, dan apabila tidak benar, maka kekafiran itu akan menimpa orang yang menuduh.

Abu Dzar mendengar Rasulullah bersabda : barangsiapa yang memanggil orang lain dengan kekufuran atau mengatakan : hai musuh Allah, sedangkan tuduhan itu tidak benar, maka tuduhan akan kembali menimpa dirinya.
Kebiasaan yang sering terjadi dalam komunitas umat muslim ini, sudah jelas dan pasti menimbulkan permusuhan, kebencian dan peperangan diantara mereka, padahal kita dianjurkan untuk bersatu dan damai oleh hidayat Allah (49:10).
Dan Allah mengingatkan kepada orang-orang yang tidak memahami suatu persoalan untuk membicarakan, menangani mengurusi sesuatu tersebut (17:36).

Pada umumnya kaum muslimin yang mendukung Ali ibn Abi Thalib dan turunannya adalah disebut "Syiah", kelompok ini terpecah menjadi puluhan, ada Syiah Zaidiyah (ortodok) kebanyakan berada di Yaman yang akidah dan fiqihnya hampir sama dengan ahli sunnah, begitu juga sikap politiknya (Abu Zahrah : Tarikhu Madahibul Fiqhiyah).

Abu Hanifah, pendiri madhab hanafiyah adalah murid dari tokoh Zaudiyah. Syiah Imamiyah 12 (herotodok), yang kebanyakan berada di Iran, Irak, Pakistan dan India adalah memiliki akidah, hukum fiqih dan akhlaq (tasawuf) secara prinsipal hampir sama dengan ahli sunnah. Perbedaan itu hanya terdapat pada hukum furu' yang tidak prinsipal.

Kedua kelompok syiah ini kitab sucinya adalah Al Quran, mungkin ada yang menyebut dengan "tadzkirah", nama lain dari Al-Quran. Mereka memiliki kitab tafsir yang bagus : Al-Mizan, Al-Thoba Thobai, UU atau qonun negeri Mesir, disamping memakai dasar madhab empat, juga memakai fiqih syiah.

Ahmadiyah Lahore meyakini Gulam Ahmad hanya sebagai pembaharu atau mujaddid, bukan sebagai Nabi. Ahmadiyah Qodian pada awalnya meyakini bahwa Ghulam Ahmad sebagai nabi yang tidak membawa syariat. Keyakinan ini berlaku pada saat awal kelahiranya di Qodian, Punjab, India. Ketika pusat dakwahnya pindah ke Eropa, Inggris, ada terjadi perubahan sikap politis, sosial ekonomi, budaya dakwah keagamaannya. Yang semula mengkafirkan kelompok di luar komunitasnya sudah hilang, awal dana pengembangan dakwahnya berasal dari judi, kasino dll. sudah tidak dilakukan lagi. Ada teman-teman yang ikut sholat berjamaah dengan komunitas Ahmadiyah, ternyata sholatnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang NU dan Muhammadiyah.

Ideologi keberagamaan suatu sekte atau aliran dalam islam, selamanya akan berubah dan berbeda karena pengaruh lingkungan sosio-kultural. Kecuali bagi mereka yang fanatik dan benar-benar paham dan mengerti tentang dasar-dasar agama yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah.

Orang islam di Jawa, banyak terpengaruh oleh akidah Joyoboyo (sinkritisme). Hukum alam seperti ini berlaku di mana saja, mengikuti tradisi dan adat yang berlaku secara turun temurun, dari nenek moyang, yang seharusnya dirubah melalui kebenaran Al-Quran dan Sunnah (2:170,31:21).

Selain kedua kelompok Syiah di atas, dapat dipastikan kekafirannya, seperti Kisaniyah dan Nashiriyah yang minta bantuan Hulako Khan (Tartar) dan pasukan Kristen untuk menghancurkan Dinasti Abbasiyah secara habis-habisan, dan Syiah Alawiyah di Syria pimpinan Hafizd Assad dan anaknya yamg sekarang berkuasa untuk menghancurkan pemberontak Sunni.

Referensi: 
Abu Zahrah : Ibnu Taimiyah Hayatuhu wa Aro'uhu waa Fiqhuhu.
John l.Esposito : Dunia Islam Modern.

No comments:

Post a Comment